Memaknai Bulan Sya’ban melalui Sejarah dan Peristiwa Penting

Sejarah

Bulan Sya’ban merupakan bulan ketujuh dalam kalender Hijriyah. Nama Syaban seperti bulan-bulan Arab lainnya, yaitu berasal dari era pra-Islam. Secara leksikal, makna kata Syaban berasal dari percabangan, yang berarti pembagian. 

Menurut kitab ‘Syamsul Ulum wa Dawa’ Kalam al-Arab min al-Kuluum’ karya Nasywan bin Said al-Hamiri, Syaban adalah nama bulan sebelum Ramadhan, dengan wazan (pola)nya yakni fa’laan dan akar katanya adalah sya’aba. Sementara Ibnu Duraid mengatakan, Syaban disebut demikian karena percabangan di dalamnya. Maksudnya adalah, saat itu, di bulan tersebut, banyak orang Arab yang mencari air dari lingkungan Yaman dan Himyar.

Adapun dalam kitab ‘Umdah al-Qari’ fii Syarh Shahih al-Bukhari’ karangan sejarawan Badaruddin al-Ayni, menjelaskan di balik penamaan Syaban dengan mengutip penjelasan Ibnu Duraid bahwa disebut Syaban karena saat itu banyak orang bepergian atau memisahkan dirinya untuk mencari air.

Bulan Istimewa

Satu bulan sebelum Syaban, adalah bulan Rajab yang menjadi salah satu bulan Haram dalam Islam. Pada bulan Haram ini kaum muslimin dilarang untuk melakukan dosa dan melanggar segala syariat yang telah Allah SWT tentukan. Setiap dosa yang dilakukan di bulan haram akan mendapat ganjaran yang lebih besar dibandingkan bulan yang lain. Begitu juga dengan amal kebaikan, maka akan mendapat pahala yang berkali lipat.

Dalam satu riwayat dari al-Imam al-Bukhari pada kitab Shahih-nya (Shahih al-Bukhari), Nabi saw. diriwayatkan sangat sering berpuasa di bulan ini sampai dikira ia berpuasa sepanjang bulan dan diteruskan hingga Ramadan. Tetapi, Dalam riwayat lain, Nabi saw. menegaskan bahwa kalau kurang satu atau dua hari terakhir bulan Sya’ban (sebelum Ramadan), jangan tiba-tiba berpuasa. Di antara hikmahnya, sebagai mufaroqoh (pembeda) dan pembelajaran agar tidak dikira sebagai bagian dari kewajiban puasa Ramadan, yang harus dipastikan kalau sudah masuk bulannya.

Selain itu, bulan Sya’ban juga bisa dimaknai sebagai ancang-ancang untuk mempersiapkan dan memperbaiki diri sebelum datang bulan Ramadhan. Hal ini seperti yang disampaikan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Usamah bin Zaid Ra., Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Syakban adalah bulan tempat manusia mulai lalai, yakni di antara Rajab dan Ramadan.” (HR. An-Nasai)

Peristiwa Penting dalam Bulan Sya’ban

1. Perpindahan Kiblat

Pada bulan Sya’ban, Kiblat berpindah dari Baitul Maqdis, Palestina ke Ka’bah, Makkah al Mukarromah. Nabi Muhammad SAW menanti-nanti datangnya perpindahan ini dengan harapan yang sangat tinggi. Setiap hari Beliau tidak lupa menengadahkan muka ke langit, menanti datangnya wahyu dari Rabbnya. Sampai akhirnya Allah SWT mengabulkan penantiannya. Wahyu Allah SWT turun:

“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.” (QS. Al Baqarah: 144)

2. Laporan Amal Manusia

Salah satu keistimewaan bulan Sya’ban adalah waktu diangkatnya amal-amal manusia pada bulan ini ke langit. Dari Usamah bin Zaid ra mengatakan,

“Saya berkata: ‘Ya Rasulullah, saya tidak pernah melihatmu berpuasa dari bulan-bulan yang ada seperti puasamu di bulan Sya’ban. Maka beliau bersabda: Itu bulan yang manusia lalai darinya antara Rajab dan Ramadhan. Dan merupakan bulan yang di dalamnya diangkat amalan-amalan kepada rabbul ‘alamin. Dan saya menemukan amal saya diangkat, sementara saya dalam keadaan berpuasa.’”(HR. Nasa’i)

3. Turun Ayat Shalawat Nabi

Salah satu keutamaan bulan Sya’ban adalah diturunkannya ayat tentang anjuran membaca sholawat kepada Nabi Muhammad SAW pada bulan ini, yaitu ayat:

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya-bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan manual.” (QS. Al Ahzab; 56)

4. Malam Nishfu Sya’ban

Pada bulan Sya’ban sedang malam yang mulia dan penuh berkah seperti malam Nishfu Sya’ban. Di awal bulan ini Allah SWT mengampuni orang-orang yang meminta ampunan, utama orang-orang yang meminta belas kasihan, mengabulkan doa orang-orang yang berdoa, mengambil kesusahan orang-orang yang susah, memerdekakan orang-orang dari api neraka, dan mencatat bagian rizki dan amal manusia. Tradisi di Indonesia, ketika malam Nishfu Sya’ban adalah mengkhatamkan Al-Qur’an bersama-sama.

Banyak Hadits yang menerangkan keistimewaan Nishfu Sya’ban ini, meskipun di situ ada yang dlo’if (lemah), namun Al Hafidh Ibnu Hibban telah menunjukkan kesahihan beberapa hadits tersebut. Nabi Muhammad SAW bersabda: ”Allah melihat ke semua makhluknya di malam ini, Nishfu Sya’ban dan Dia mengampuni mereka semua kecuali orang yang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR. Thabarani dan Ibnu Hibban).

Sejatinya, momentum bulan Sya’ban adalah sebagai alarm bagi kita bahwa dalam waktu dekat, akan datang bulan Ramadhan. Artinya, masih ada waktu untuk memperbaiki diri dan mempersiapkan pribadi kita untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan.

Wallahu A’lam Bisshowab.

Dari Berbagai Sumber.
Penulis : M. Hilmy Daffa Fadhilah
Editor : Thoriq Majid

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *