Keluarga Duta Santri Nasional Soroti Isu Pencemaran Lingkungan, Kekerasan Seksual, hingga Modernisasi Global

Setelah sukses melakukan pemilihan Duta Santri Nasional 2021 pada bulan Oktober tahun lalu, Pengurus Keluarga Duta Santri Nasional Masa Khidmat 2022-2024 resmi dilantik pada Sabtu (29/01).  Prosesi pelantikan dilakukan via daring melalui aplikasi Zoom, dan dihadiri oleh beberapa pihak terkait, mulai dari Duta Santri Nasional 2016 dan 2018, Duta Santri Nasional 2021, PW Fatayat NU DIY, Dewan Penasihat, Dewan Pembina, hingga tamu undangan juga ikut menghadiri acara pelantikan yang berlangsung sejak pukul 19.00 WIB tersebut.

Prosesi pelantikan dimulai dengan Khotmil Qur’an yang dipimpin oleh M. Ikhsan Kamaluzaman, serta doa yang dipimpin oleh Ibu Nyai Dewi Yulaikah. Usai Khotmil Qur’an, acara pelantikan dibuka oleh Intan Budiana sebagai pewara. Kemudian, sebagai pengantar pelantikan, diadakan pemutaran After Movie Dusan 2021 yang merupakan kilas balik dari kegiatan pemilihan Duta Santri Nasional 2021. Barulah setelah itu Ibu Nyai Rindang Farihah, M.Ag mewakili PW Fatayat NU DIY membacakan Surat Keputusan (SK) dan melakukan prosesi pelantikan dengan khidmat.

Keseluruhan ada 37 pengurus Keluarga Duta Santri Nasional Masa Khidmat 2022-2024 yang dilantik pada malam itu, dengan Syifa’ Nurda Mu’affa sebagai Ketua Umum dan Rania Nurul Rizqia, sebagai Wakil Ketua Umum. Selain itu, ada Ketua 1 (Azhari Andi), Ketua 2 (M. Ikhsan Kamaluzaman), Ketua 3 (Farichatus Sholichah El Chafidz), dan Ketua 4 (Yayuk Siti Khotijah).

Foto saat Pelantikan melalui aplikasi Zoom

Dalam sambutan perdananya usai dilantik, Syifa’ menekankan bahwa definisi santri telah mengalami perluasan makna. Ia mengutip dawuh dari KH. Mustofa Bisri (Gus Mus), Pengasuh Pondok Pesantren Roudhotut Tholibin Rembang, bahwa santri bukan hanya mereka yang secara formal belajar di pondok pesantren, akan tetapi mereka yang bersikap dan berakhlak seperti santri, maka mereka juga termasuk santri. Ia juga menambahkan tentang urgensi peran santri terhadap isu-isu terkini, mulai dari pencemaran lingkungan, kekerasan seksual, sampai modernisasi global yang menjadi tanggung jawab bersama.

 “Ketidakadilan sosial, korupsi, kesenjangan ekonomi, pencemaran lingkungan, kemudian keterbatasan akses pendidikan, termasuk juga yang ramai kembali tentang radikalisme dan terorisme, kekerasan seksual, tingginya angka stunting, konflik etnis dan berbagai persoalan nasional hingga global masih menjadi tantangan-tantangan yang harus segera diselesaikan”, ujarnya.

Duta Santri Nasional harus bisa menjadi sosok yang adatif terhadap perubahan zaman, namun tidak melupakan pada identitasnya sebagai seorang santri. “Slogan ‘Berotak London, Berhati Masjidilharam’ adalah salah satu ide orisinal dari sebuah komunitas santri yang mencoba untuk mensinkronkan antara kewajiban agama dan tuntutan modernitas”, imbuhnya.

Serangkaian prosesi pelantikan pun ditutup oleh sambutan dari Ibu Nyai Rindang sebagai Dewan Penasihat Keluarga Duta Santri Nasional. Dalam sambutannya, beliau menekankan bahwa Pemilihan Duta Santri Nasional bukan sekadar acara seremonial, melainkan ada tindak lanjut berupa realisasi program agar Duta Santri Nasional bisa menjadi agent of change dan memberi kemanfaatan bagi orang banyak.

“Yang namanya duta, kan, berarti representasi, yang mewakili sesuatu, nah oleh karena itu Duta Santri Nasional harus bisa menjadi representasi santri di Indonesia,” katanya mewanti-wanti para pengurus dalam sambutannya.
Penulis : Ubaidillah
Editor : Thoriq Majid

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *