Islam sebagai Rahmat Bagi Semesta

Al-Quran mengatakan ‘Dan tidak kami utus engkau (Muhammad) melainkan sebagai Rahmat bagi semesta’. Islam hadir ke dunia sebagai Rahmat bagi semesta, tidak hanya bagi umat muslim, melainkan bagi seluruh makhluk hidup di dunia. Maka, misi kerasulan Nabi Muhammad SAW tercermin dari sabda beliau, yaitu sesungguhnya saya hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia. Manusia yang berakhlak mulia merupakan prasyarat dari Islam untuk kita agar menjadi Rahmat bagi semesta. Dengan misi ini, kemudian Islam menegaskan bahwa jati diri manusia adalah hamba dan hanya hamba Allah, artinya manusia tidak menghamba kepada selain Allah. Mengesakan Allah artinya tidak melakukan penyerahan diri kepada selain Allah sebagaimana makna dasar kata ‘Islam’. Selain itu, manusia juga dilarang untuk melakukan ketaatan kepada sesama makhluk Allah dalam hal maksiat. Sesungguhnya ketaatan kepada sesama makhluk Allah bukan ketaatan kepada figur, melainkan hanya dalam kebaikan.

Manusia memiliki amanah yang melekat pada dirinya, yaitu sebagai khalifah penerima mandat untuk mewujudkan kemaslahatan seluas-luasnya. Maka, nilai manusia dihadapan Allah hanya berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut. Taqwa, merupakan sikap benar-benar hanya menuhankan Allah atau tauhid yang melahirkan kemaslahatan kepada makhluk Allah. Manusia seharusnya hanya beriman kepada Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang melahirkan perilaku atau amal sholeh kepada sesama mahkluk Allah. Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling memberi manfaat bagi sesama manusia. Maka manusia itu bukan hanya makhluk hidup, jati diri yang utama dari manusia itu bukan titiknya melainkan dimensi nonfiksi yang terdiri dari spiritual dan juga intelektual. Oleh karena itu, nilai kemanusiaan manusia oleh Tuhan itu sejauh mana mendayagunakan akal dan hati nuraninya untuk mewujudkan kemaslahatan seluas-luasnya.

Sebagai Muslim, manusia punya mandat untuk menjaga tauhid kepada Allah dan mewujudkan kemaslahatan seluas-luasnya sekaligus menjadi identitas utama dari keislaman seseorang yaitu iman kepada Allah yang melahirkan kemaslahatan ke dalam dan ke luar seluas-luasnya. Keluarga yang Islami apapun namanya adalah keluarga yang memberikan kebaikan pada seluruh anggota keluarga tanpa terkecuali dan keluarga itu secara aktif melahirkan kebaikan bagi keluarga lain. Masyarakat Islami adalah masyatakat yang secara aktif melahirkan kebaikan pada masyarakat. Negara yang berketuhanan yang maha esa yang memiliki tauhid akan mendorong negara tersebut untuk memberi kemaslahatan pada seluruh warga negara tanpa kecuali dan negara itu memberi kemanfaatan pada negara lain seluas-luasnya Inilah yang disebut sebagai Islam rahmatan lil alamin.

Dalam Islam ada rukun Islam yang berfungsi sebagai sebuah sistem untuk mengingatkan seorang muslim agar bisa teguh menjaga tauhid secara konsisten hanya menuhankan Allah. Syahadat, setiap muslim menegaskan tidak ada Tuhan selain Allah maka seorang muslim tidak akan memberikan petunjuk mutlak kepada selain Allah tidak pada harta dan tidak juga pada benda serta tidak juga kepada libido seks dan lain-lain. Manusia tidak menTuhankan selain Allah adalah dengan tidak memberi ketaatan mutlak kepada selain Allah. Bagian kedua dari syahadat menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW hanyalah utusan Allah.

Salat, di dalam salat kita berdialog secara intim dengan Allah minimal 5 kali dalam satu hari dan saat salat kita menegaskan bahwa segala hidup kita dan ibadah kita hanyalah untuk Allah. Apakah salat kita diterima atau tidak maka pembuktiannya ada pada tingkah laku kita setelah salat. Bagaimanakah tanda salat yang diterima oleh oleh Allah kalau siapapun yang salat kemudian muncul kesadaran spiritualnya untuk selalu melibatkan restu Allah dalam setiap tindakannya di luar salat sehingga kemudian mampu mencegah dirinya dari perbuatan buruk.

Zakat adalah perintah dari Allah untuk berbagi harta dengan mereka yang kurang mampu. Dalam zakat ini, ada kesadaran bahwa semua harta yang kita peroleh itu tidak lepas dari jasa pihak lain. Karenanya, zakat itu adalah sebuah kesadaran bahwa dalam harta yang kita miliki ada hak orang lain yang harus diberikan minimal sejumlah yang diwajibkan di dalam zakat.

Puasa, sepanjang siang dilarang untuk minum minuman yang sudah halal dan milik kita juga dilarang makan makanan yang halal dan sudah jadi milik kita dan dilarang juga untuk berhubungan seksual dengan suami atau istri yang halal dan sudah menjadi hak kita. Kita dilatih untuk menjaga jarak aman dari sesuatu yang sudah halal dan menjadi milik kita. Kalau kita berpuasa dengan segenap jiwa raga, maka mental kita akan terlatih selama sebulan lamanya untuk jaga jarak aman.

Haji, di dalam Haji ada banyak sekali ritual-ritual yang bersifat simbolik, misalnya adalah tawaf. Tawaf mengelilingi Baitullah dalam hitungan tertentu secara fisik tubuh kita lari mengelilingi tetapi secara spiritual kita sedang dilatih bahwa seluruh gerakan kita dalam kehidupan itu mesti tidak menjauh dari Allah dan tidak menjauh dari perintahnya untuk mewujudkan kemaslahatan seluas-luasnya demikian juga bermalam di Muzdalifah yang sangat sebentar itu adalah simbol bagi kita untuk menyadari bahwa sepanjang usia apapun yang sepanjang apapun usia kita di dunia hanyalah sementara namun yang sementara ini menentukan nasib kita di kehidupan yang abadi. Maka hidup yang sementara di dunia ini mesti dipergunakan dengan sebaik-baiknya dan menjadi bekal kita untuk hidup dalam alam yang lebih Abadi.

Penulis: Ali Mudasir, M.Pd
Editor: Thoriq Majid

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *